SELAMATHARIAIR.COM – Lagi-lagi masalah agraria terjadi di bumi Nusantara ini, setelah beberapa kasus seperti di Rembang, di Banyumas tepatnya di gunung Slamet, di Banjarnegara pun seperti di Hutan Terbis ( Batur ), galian C Gumiwang kec. Bawang, dan juga di Jenggawur kec. Banjarmangu dan di tempat lain yang tak sempat tersorot media. Kini di daerah Temon, Kulonprogo sedang terjadi penggusuran warga (secara paksa) dikarenakan akan dibangun bandara ‘New Yogyakarta International Airport’ .
Selasa ( 05/12/2017 ) beberapa relawan dari LPM ( Lembaga Pers Mahasiswa ) diamankan aparat karena dituduh memprovokasi warga dan dengan tuduhan mengganggu ketertiban masyarakat.
Baca selengkapnya : Petisi agar Kekerasan terhadap Relawan Penolak Bandara Dihentikan
doa dan aksi solidaritas untuk petani Kulonprogo ( lokasi : Tugu Jogja ) |
Setelah terjadi penangkapan beberapa relawan yang berada di Temon, Kulonprogo, beberapa pegiat lingkungan, seniman, musisi dan mahasiswa menggelar aksi solidaritas untuk petani Kulonprogo, gelaran ini digelar di Tugu Jogja pada hari Selasa malam ( 05/12/2017 ) mulai pukul 19:30 wib hingga 23:30 wib. Gelaran ini menggandeng beberapa nama seperti Deugalih, Fj. Kunting, Irfan R. Darajat, Kepal SPI, Perpustakaan Jalanan DIY, Rio Satrio, Shoppinglist, Sisir Tanah, Terasering dan Umar Haen.
Dalam gelaran doa dan solidaritas untuk petani Kulonprogo tersebut, ada press release yang dibagikan, isi press release tersebut adalah sebagai berikut :
KULON PROGO (MASIH) MELAWAN!
Menjelang hari-hari terahir pemerataan ttal yang akan dilakukan pihak angkasa pura tanggal 4 Desember 2017, sampai saat ini sebagian masyarakat Kulonprogo masih tetap berdiri untuk mempertahankan hak atas tanah dan bangunan milik mereka secara utuh. Selama ini, mereka tidak pernah merasa menjual tanah kepada siapapun, termasuk ke pihak Angkasa Pura yang dalam hal ini sebagai pemegang proyek NYIA ( New Yogyakarta International Airport ). Sebagian besar dari matapencaharian masyarakat tersebut adalah petani. Mereka hidup dari lahan yang nantinya akan digusur dan digantikan dengan megaproyek NYIA tersebut.
Kronologi :
hari senin, 27/11/2017,
PT. Angkasa Pura 1 bersama pengawalan ketat aparat gabungan polisi, tentara dan preman secara serentak melakukan intimidasi guna menggusur paksa warga penolak pembangunan bandara Kulonprogo yang sampai detik ini masih mempertahankan hak-hak atas kepemilikannya. Rumah dan jendela dirusak, pintu dicongkel, saluran listrik dari pusat diputus dan warga sampai saat ini masih tetap beraktivitas tanpa adanya daya listrik.
Aktivitas merusak terus dilakukan, bahkan masjid untuk warga dusun beribadah juga habis menjadi sasaran.
Tindakan AP 1 beserta aparat kepolisian adalah tindaan sewenang-wenang. Bagi warga tani, New Yogyakarta International Airport bukanlah kepentingan umum, justru proyek bandara tersebut jelas akan merampas banyak ruang hidup masyarakat umum, sedangkan aparat kepolisian, ukannya melindungi, malah justru melanggar hukum atas proyek tersebut dengan bersikap tidak netral. Polisi membantu proses penggusuran tanah dengan mengerahkan personilnya untuk mengintimidasi sampai merusak rumah-rumah warga.
Warga tani di hari-hari ini tidak lagi bisa kirkan dan pergi bekerja di lahan pertaniannya. Keseharian warga yang tersisa hanya berjaga-jaga apabila mesin-mesin berat kembali bekerja menggusur dan meratakan rumah. Anak-anak tidak bisa belajar, mengerjakan tugas sekolah, atau belajar untuk persiapan UAS yang sedang berlangsung minggu-minggu ini.
Tanggal 4 Desember nanti pihak angkasa pura akan meratakan tanah dan rumah yang masih ada di wilayah tersebut, dan sekali lagi kita akan melihat bagaimana Negara dan pemerintahan mengorbankan rakyatnya sendiri, merampas hak milik, dan ruang hidup rakyatnya sendiri atas nama kemajuan dan pembangunan, seperti yang pernah dan akan selalu kita saksikan dimanapun kita berada. Dan petani Kulonprogo masih tetap melawan, selayaknya orang yang dirampas haknya yang memang harus melawan. Dan selemah-lemahnya iman, kita sebagai manusia yang neruntung tidak ditakdirkan hidup di posisi mereka, melihat kondisi yang sedang terjadi saat ini, kami dari perpustakaan jalanan DIY mengajak kawan-kawan sekalian untuk membantu saudara kita yang sedang berjuang di sana, karena perampasan atas ruang hidup rakyat atas nama kemajuan adalah perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan dan akan selalu terjadi di mana pun termasuk di tempat kita sendiri suatu saat nanti.
Press release yang dibuat oleh Perpustakaan Jalanan DIY tersebut cukup menggambarkan bagaimana kondisi di Kulonprogo, bagaimana kondisi petani dan warga di sana. Aksi solidaritas yang dilakukan temen-temen di Tugu Jogja bukan untuk gaya-gayan, bukan untuk cari masa para band / penampil, datangnya mereka ke gelaran tersebut adalah kesadaran untuk berjejaring, bersama-sama mencoba mencari keadilan.
aksi berlangsung damai dan lancar tak ada halangan satu apapun |
Aksi solidaritas semacam ini adalah bentuk lain dari aktivitas relawan yang terjun langsung ke TKP, saya sendiri pun merasakan demikian, belum bisa terjun langsung ke TKP sehingga mendatangi aksi-aksi solidaritas, berjejaring dan memviralkan berita “Darurat Agraria” adalah bentuk lain dari sebuah pergerakan. Mungkin ada saatnya nanti saya akan terjun langsung, berhadapan dengan suasana yang mencekam dan bahkan bisa jadi seperti temen-temen aktivis yang ditangkap, semua ada waktunya, kapasitasku saat ini baru bisa membantu publikasi, menyebarkan berita-berita tersebut.
semua yang datang melantunkan tembang ‘Darah Juang’ bersama-sama |