SELAMATHARIAIR.COM – Tahun 2017 sudah terlewati dengan bebgai macam cerita yang melengkapi perjalanan saya, pun juga dengan kalian semua. Menjalani hari demi hari di tahun 2017 sepertinya begitu cepat, rasanya baru kemarin liat kembang api dari atap bangunan melihat perayaan pergantian tahun 2016 ke 2017, lah kok sekarang sudah ganti tahun saja, seperti terlena, menjadi sebuah introspeksi diri dengan pertanyaan “selama tahun 2017 saya ngapain aja ? “.
Pertanyaan ini cukup menjadi tanda bahaya, menjadi pengingat untuk tahun 2018 ini, semoga banyak yang bisa saya kerjakan di tahun 2018 ini, dan semoga juga lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
|
Eyang Putri dan Eyang Kakung |
Soal perayaan pergantian tahun, kali ini saya memutuskan untuk melawan ego, melawan di sini dalam bentuk “tidak keluar nonton pesta kembang api / event perayaan pergantian tahun”. Awalnya cukup ragu karena banyak sekali kegiatan yang
mengin-mengini , seperti acara di
Dieng ( Lampion, Kembang Api dan peluncuran tanggal DCF / Dieng Culture Festival ), kemudian ada acara di stadion Soemitro Kolopaking Banjarnegara, lalu temen manggung di Historia Cafe dan di area Hotel Surya Yudha, semuanya begitu menggiurkan ! namun semua itu adalah cobaan yang harus bisa di ikhlaskan untuk sengaja terlewatkan alias absen.
|
Pop Corn untuk teman nge-teh |
|
Teh hangat dan beberapa cemilan |
Moment pergantian tahun sepertinya dimana-mana menjadi moment yang cukup istimewa, mulai dari nongkrong bareng komunitas, jalan bareng pacar, moment nembak cewek di riuhnya suara terompet dan kembang api, pokoknya lengkap lah semua keistimewaan versi masing-masing. Begitu pula dengan saya, sebuah moment istimewa adalah ketika setelah beberapa tahun baru dilalui baik dengan komunitas, dengan pacar atau dengan kegiatan / event, kali ini saya menikmati kehangatan bersama keluarga, ngumpul di tempat Eyang Kakung dan Eyang Putri lengkap bersama anak cucunya bahkan hingga buyut. Ini sebuah moment langka yang akhirnya bisa saya ciptakan bersama keluarga, dengan cara mengendalikan ego, walaupun awalnya ragu dan hampir tergiur untuk keluar rumah, namun semua itu bisa diredam.
Eyang kakung yang sudah sekitar 2 tahunan sakit dan tak bisa kemana-mana, kini hanya bisa tiduran di kamar, sesekali duduk di ruang keluarga pun harus dengan digendong terlebih dahulu. Di pergantian tahun 2017 ke 2018 menjadi moment yang begitu mesra, saking mesranya saya sedikit memaksa mereka untuk foto bersama. “Yang, eyang putri lenggah sebelah eyang kakung, tak foto nggih yang” kataku pada Eyang Putri yang akhirnya tak lama kemudian duduk disamping Eyang Kakung yang sudah duduk di sofa ruang keluarga. “Nyong njikotna kupluk, tak kuplukan men tambah gagah” kalimat tersebut muncul dari Eyang Kakung dengan nada setengah melucu, hingga akhirnya beberapa jepret ter-rekam. Oh sungguh kemesraan yang tak ternilai, menjadi imajinasi saya “gimana nanti kalau saya tua, semoga bisa seperti Eyang Kakung dan Eyang Putri” teriakku dalam hati.
|
Pasangan romantis |
Sepertinya saya terlalu sibuk di luar, terlalu menikmati dunia luar rumah, hingga lupa bahwa kenyamanan, kehangatan dan kepedulian yang hakiki adalah dalam keluarga. Sejauh apapun saya pergi, sebanyak apapun teman di luar sana, yang sejatinya peduli dan selalu membantu adalah keluarga. Orang yang paling banyak berjasa adalah orang tua, yang mungkin kita tak menyadari akan hal itu. Terima kasih Gusti Allah sudah memberi kesempatan kami sekeluarga untuk tetap menikmati nikmat-Mu, nikmat kebersamaan. Terima kasih.