Selamat Hari Air – Ini pertama kalinya mendengar nama Rofa Musik (@rofamusik), tapi tak asing dengan nama Sandi Abdurakhman dan Sasi Kirono. Ya, kedua nama tersebut sudah sering kudengar sejak lama, di era 2012-2014 an sering mendengar nama Sasi Kirono dari Omet, Mas Adi, dan juga Dani (The Doel’s) walaupun belum pernah bertemu langsung tapi sudah paham ketika menonton video-video panggung Tashoora di awal-awal mereka ada. Kalau Mas Sandi justru pernah ketemu untuk proyek duplikasi CD album kompilasi BRF (Banjarnegara Reggae Family) yang perdana.
Penampilan ROFA Musik – sumber gambar: unggahan akun ig @pecintagusfuadplered |
album kompilasi Reggae Banjarnegara, Tahun 2012 |
ROFA Musik
Proyek musik pop yang bisa dibilang sebagai musik religi (menurut saya pribadi) ini adalah proyek musik sebagai media dakwah beliau Gus Fuad Plered pemilik Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah. Nama ROFA pun kupikir akronim dari Roudlotul Fatihah dengan mengambil dua huruf di setiap kata nya. Siapa saja ROFA Musik saat datang ke Banjarnegara? ada Mas Sasi Kirono pada gitar, ada Mas Adiyatma Dadi Raharjo pada keyboiard, ada Mas Ivander Nathaniel pada drum, ada Mas Adhitiya Gillang Ramadhita pada bass, ada Mas Sandi Abdurakhman sebagai Vokal dan tentunya ada Gus Fuad Plered sebagai Vokal.
Malam itu, Rabu tanggal dua di bulan ke dua tahun dua ribu dua puluh dua, ROFA Musik hadir sebagai pengisi acara di sebuah forum atau bisa disebut komunitas bernama Jegongan Manfaat di Banjarnegara. Beberapa kali saya ingin hadir ke acara Jegongan Manfaat namun sering kali tak berjodoh perihal waktu, karena beberapa waktu sebelumnya saya merantau di Jogja. Ini adalah kali pertama saya datang ke acara Jegongan Manfaat, sekaligus mendengar dan melihat penampilan ROFA untuk yang pertama kalinya. Seperti di postingan sebelumnya yang bercerita tentang acara 1 Dekade Komunitas Drummer Banjarnegara, dimana nama dan sosok Radif lah yang kusebut untuk janjian nonton acara tersebut, begitu juga dengan kehadiranku di acara Jegongan Manfaat yang bertema “Ngimpi Bareng Musisi” ini.
Singkat cerita ketika siang hari tiba-tiba Radif video call sedang dalam perjalanan menggunakan mobil, menanyakan posisi saya saat itu dan mengatakan bahwa dia meluncur ke The Pikas Adventure, sembari mengajak saya untuk datang ke sana. Setelah video call selesai saya scrool grup whatsapp SIP Memanggil (sebuah grup untuk relawan Sekolah Inspirasi Pedalaman Banjarnegara), saya ingat bahwa akan ada acara di hari itu, karena beberapa hari sebelumnya ada yang membagikan poster acara.
sumber gambar: screenshot whatsapp |
Sekitar pukul 17.00 setelah ROFA usai sound check, saya datang ke Pikas untuk menemui Radif dan team ROFA. Kebetulan Radif sedang ada proyek musik bersama Mas Sasi dan Mas Gilang (untuk cerita ini mungkin akan saya tulis setelah musiknya rilis), sehingga Radif ikut ke acara Jegongan Manfaat sekaligus dia akan ikut rombongan ROFA ke Jogja untuk sesi rekaman proyek musiknya. Tujuan Radif ke Jogja tentu untuk melanjutkan sesi rekaman yang sudah dikerjakan di studio nya yaitu RD Records di Batur, Banjarnegara
Tak banyak yang kulakukan di The Pikas Adventure, sore hari hingga acara dimulai, saya duduk di ruang transit ROFA, mendengarkan beberapa cerita mereka dan sedikit ngobrol dengan beberapa tim belakang layar nya ROFA.
Usai acara pertunjukan musik yang kurang lebih 1 jam berlangsung, dilanjut dengan ngobrol bareng Gus Fuad, sesi tanya jawab soal kehidupan (beragama). Banyak pertanyaan menarik sekaligus pembahasan menarik di malam itu, yang secara garis besar untuk wejangan dari Gus Fuad Plered adalah untuk mari bersama-sama selalu mengingat Rosul dan sebisa mungkin untuk bersholawat.
Gus Fuad pun sering kali menyebut bahwa lagu-lagu ROFA itu adalah lirik-lirik Cinta kepada Rosul. Jadi, karya-karya ROFA adalah musik religi kalau boleh saya simpulkan. Di acara tersebut muncul satu pertanyaan dari solois Banjarnegara bernama Tutung “Musik bagi Gus Fuad itu seperti apa?” yang kemudian Gus Fuad menjawab dengan sedikit candaan bahwa beliau ingin musik sebagai dakwah, tidak untuk diharamkan seperti oleh kaum sebelah, intinya bahwa musik bagi Gus Fuad ini sebagai media dakwah dan sebagai media untuk menyuarakan kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW, begitu lah jawaban yang saya tangkap malam itu. Kalimatnya jelas tidak persis dengan apa yang disampaikan oleh Gus Fuad, namun yang kutangkap inti nya seperti itu, semoga tidak ada kekeliruan, jika ada yang keliru mohon dikoreksi (silakan tulis di kolom komentar).
Tutung Menjelangpagi, salah satu penanya di acara diskusi “Ngimpi Bareng Musisi” – sumber gambar google drive yang di share panitia acara di bio IG @jegonganmanfaat |
sumber gambar: google drive yang di share panitia acara di bio IG @jegonganmanfaat |
Mendengarkan ROFA Musik di Spotify
Keesokan harinya, rasa penasaran untuk mengulik ROFA Musik ini semakin tinggi. Hampir sama rasanya seperti ketika pertama kali mendengar proyek musik Wake Up Iris, dimana pola nya sama, yaitu melihat penampilan live nya kemudian tertarik mengulik (mendengarkan) mereka di plaftorm digital. Pengalaman tersebut saya tulis di sebuah postingan berjudul: Sial! Kenapa Baru Denger Wake Up Iris!
Tak jarang ketika ada teman yang mengajak nonton live musik dengan line-up band atau musisi yang belum pernah saya dengar justru ketertarikan untuk bisa datang lebih tinggi ketimbang menonton proyek musik yang sering kudengar. Karena ketika datang dengan gelas kosong tentu akan mendapat air yang lebih banyak ketimbang datang dengan berbotol-botol penuh air. Ya walaupun tetap saja kalau ada band atau penampil yang sudah sering dengar/kenal pun tetep datang untuk nonton, heheheee.
Akhirnya mendengarkan musik ROFA di Spotify, mendengarkan 10 lagu yang liriknya syarat dengan cinta pada Rosul. Sepuluh lagu tersebut adalah sebagai berikut:
- Di Gerimis Senja Ku Memikirkanmu
- Hembusan Nafasku Merindukanmu
- Angin Menyentuh Pundakmu
- Bingkai Rindu
- A Melody of You
- Love Letter = Langit x Embun x Waktu
- Elegi Untuk Adi
- Rindu Cinta Bergelora
- Cinta Bersahaja
- BHTC (Bila Hidup Tanpa Cinta)
Mendengarkan musik hasil rekaman memang begitu dimanjakan dengan sound yang berkualitas. Namun menyaksikan live perform musisi lebih menggairahkan bagiku, dan keduanya perlu dilakukan untuk keseimbangan baik mendengar audio/visual hasil rekaman yang proper maupun menyaksikan live perform. Alhamdulillah keduanya sudah bisa saya dapatkan, menonton ROFA Musik live di acara Jegongan Manfaat dan juga mendengar musik mereka di Spotify, lunas, tuntas!
Kalau boleh beropini sedikit, ini sangat amat subjektif, dimana ketika ROFA membawakan musik dengan genre Reggae saya justru kurang menikmatinya. Player ROFA ini urusan skill memang tak perlu diragukan lagi, kabarnya beberapa dari mereka adalah orang-orang yang pernah ikut di proyek musik Tashoora, Langit Sore Musik, jadi urusan skill bisa dibilang sangat mumpuni. Namun sebagai penikmat musik reggae, saya merasa ada kehampaan ketika mereka membawakan musik ber-genre reggae. Ya, secara teknis memang rapih dan bagus, namun untuk musik reggae sendiri kadang saya merasa tidak semua orang bisa membawakannya dengan “nyawa” yang lengkap. Begitupun dengan ROFA saat membawakan musik ber-genre reggae di acara Jegongan Manfaat di Banjarnegara, sekali lagi ini sangat subjektif, semoga tidak menjadi masalah pun juga tidak menjadi kan ini sebagai kritik, ini hanya curahan hati saya, setidaknya saya lega sudah bisa mengungkapkannya, terima kasih.
Penutup
Terima kasih sudah membaca hingga selesai postingan saya kali ini, jika berkenan jangan lupa ikuti beberapa akun sosial media saya berikut ini:
Facebook: Selamat Hari Air & Ian Alam Sukarso
Instagram: @selamathariair & @ianalamsukarso
Twitter: @selamathariair & @ianalamsukarso
Blog: Kedhana Kedhini Coffee