SELAMATHARIAIR.COM – Setelah sekian lama tak naik-naik ke puncak gunung nan tinggi tinggi sekali, akhirnya berkesempatan naik gunung lagi, alhamdulillah…. Pendakian Gunung Semeru akhirnya bisa terwujud tanpa halangan suatu apapun. Cerita kali ini coba saya tarik dari belakang, dari awal niatan perjalanan naik gunung.
Gagal ke Rinjani adalah salah satu alasan mengapa kami berlima ( Pak Ganjar, Bu Tika, Mba Gita, Mba Titin dan saya ) naik ke Gunung Semeru, ke Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa. Oke, awalnya sekitar beberapa bulan lalu kami berencana untuk ke Lombok, naik ke Rinjani kemudian turun mengeksplorasi tiga Gili di Lombok yaitu Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Karena sudah ada niatan naik Gunung Rinjani maka sebulan sebelumnya kami sudah mempersiapkan fisik dan mental, mulai dari lari pagi, renang, naik gunung Lawe ( Banjarmangu, Banjarnegara ), naik Bukit Asmara Situk, hingga kami naik Gunung Prau via jalur Patak Banteng turun via jalur Dieng ( tik-tok alias berangkat langsung pulang tanpa bermalam ). Latihan fisik terus kami lakukan mendekati hari H, dimana kami memesan tiket pesawat untuk tanggal 3 Agustus 2018. Namun kehendak-Nya berkata lain, tanggal 29 Juli 2018 terjadi Gempa Bumi di Lombok sehingga jalur pendakian ke Gunung Rinjani pun ditutup, alhasil kami batal ke Rinjani. Sedikit kecewa memang gagal ke Rinjani dan mengekspor Gili Trawangan yang sudah sejak SMP menjadi list tempat yang ingin saya kunjungi, mungkin gegara lagu Gili Trawangan milik Richard D’Gillis, oh sungguh…. kecewa itu nyata.
Setelah mendengar kabar Gempa Bumi di tweet BMKG dan di whatsapp langsung dari Trekking Organizer bahwa Taman Nasional Gunung Rinjani ditutup hingga waktu yang belum ditentukan, maka fix kami gagal ke Rinjani. H+1 setelah itu baru kamu memutuskan untuk pindah haluan ke Gunung Semeru, kami daftar online untuk pendakian, booking tiket kereta dan tentunya cari trekking organizer sekaligus porter biar ga ribet di perjalanan, akhirnya hari yang ditunggu tiba juga. Senin dini hari pukul 02:00 kami berangkat dari Banjarnegara ke stasiun Tugu Jogja di antar sama Pak Jujun, Pak Jujun ini satu kantor dengan kami berlima, hanya saja dia sedang tidak bisa ikut jalan-jalan gegara Si Istri sedang mengandung calon jagoan pertamanya, dengan berat hati kami piknik tanpa Pak Jujun.
Banjarnegara – Yogyakarta
Perjalanan Banjarnegara – Yogyakarta cukup singkat, kami berhasil kebut-kebutan dengan durasi 2,5 jam, maklum lah… jam segitu jarang ada yang lewat. Sepanjang perjalanan hampir semua tertidur pulas kecuali Pak Jujun yang memegang kendali Wuling Cortez sembari mendengarkan radio. Saya pun kadang merem, kemudian melek, merem lagi, melek lagi gegara 3 hari sebelumnya kurang istirahat, 3 hari itu saya berada di gelaran Dieng Culture Festival, kebetulan membantu temen-temen Pokdarwis Dieng Pandawa jadi LO-nya The Rain. 3 hari di dieng dengan suhu yang mencapai -3 derajat celcius saya pikir menjadi proses aklimatisasi untuk pendakian Gunung Semeru yang kabarnya juga sedang dingin sekali. Oke, kami pun sampai di Stasiun Tugu, nyari sarapan, belanja makanan ringan untuk bekal di kereta hingga akhirnya pukul 07:45 wib kereta berangkat.
Sedikit tips nyaman di kereta versi saya :
– Siapkan makanan sebelum naik kereta, karena makanan di kereta kurang recomended dan harganya cukup tinggi.
– Jaket jangan dimasukan tas yang posisinya akan di taruh di bagasi atas, biar mudah mending dibawa atau langsung di pakai, setelah beberapa waktu di dalam kereta biasanya akan merasakan dingin.
– Jika bosan duduk, jalan-jalan ke gerbong restorasi, ngopi / nge-teh di sana cukup menyenangkan, gerbong ini adalah gerbong favoritku.
Ngopi di Kereta Api
Malang – Tumpang
Setibanya di stasiun kota Malang, kami disambut Pak Edi, beliau adalah sopir angkot yang sudah ditunjuk oleh Trekking Organizer yang bakal mengantar kami stasiun Kota Malang sampai ke basecamp di Tumpang. Sebelum otewe ke Tumpang, kami mampir makan dulu di Sebrang stasiun, sempet fotocopy KTP juga untuk keperluan pendakian. Sesampainya Tumpang kami packing, melengkapi data untuk perijinan pendakian dan kami pun di antar ke praktek dokter untuk membuat surat keterangan sehat, letaknya tidak terlalu jauh dari basecamp Tumpang, sekitar 5-10 menit saja sudah sampai.
Klinik An-Nisa – Tempat bikin surat keterangan sehat untuk keperluan simaksi
suasana di dalam klinik, di sini bisa sekalian beli obat-obatan untuk keperluan pendakian
Oh iya, trekking organizer yang mengurus perjalanan kami namanya Mas Pras, mungkin kamu pernah bertemu atau bahkan pernah kerjasama dengan beliau ? orangnya ramah, menyenangan, suka bercanda dan tentunya baik hati dan tidak sombong. Beliau memastikan semua perlengkapan kami benar-benar sudah ready, untuk keperluan naik ke gunung Semeru.
Tumpang – Ranu Pani
Pagi sekitar pukul 05:00 wib kami sudah bangun, beberapa ada yang mandi, ada juga yang hanya cuci muka dan gosok gigi. Hingga akhirnya pukul 06:00 wib suara mobil Jeep sudah terdengar gahar, siap mengantakan kami dari Tumpang ke Ranu Pani, tak lama kemudian kami bergegas. Sepanjang perjalanan kami menyaksikan pemandangan yang begitu menarik, mulai dari perkebunan apel, perkebunan tebu hingga pemandangan puncak gunung Semeru ( Mahameru ) yang sesaat itu memayangkan film 5 centi meter, ah sial…. kenapa jadi mikirin film, kan nanti dikira ke Gunung Semeru gegara korban film, hahahahaaaa……
Sesampainya di Ranu Pani kami semua mendaftar ke tempat pendaftaran dengan beberapa berkas yang sudah kami siapkan, seperti print out pendaftaran online, fotokopi KTP, surat keterangan sehat dan juga membayar retribusi, semua pokoknya lengkap dan aman hingga akhirnya kami ke ruangan untuk mendengaran Briefing dari petugas.
atrian menuju ruang briefing
setelah di briefing, beberapa barang yang tidak boleh dibawa dititipkan di sini, salah satunya adalah tissue basah
Oke setelah clear semua, kami bergegas mulai jalan kaki dari Ranu Pani sekitar pukul 10:15 wib pelan-pelan jalan siput.
Eh sedikit mengingatkan ke temen-temen yang berencana naik gunung, atau berencana ke gunung Semeru, pastikan kondisi fisik kita dalam keadaan yang prima ya, perlengkapan pribadi dan kelompok jangan sampai kurang sedikitpun, kemudian barang-barang yang sekiranya kurang penting, mendingan ga usah dibawa, cuma nambahin beban aja malah repot. Dan jangan lupa pastinya adalah kamera untuk dokumentasi, kapan-kapan kalau sempet tak bikin tulisan tentang dokumentasi saat naik gunung deh.
Oke lanjut ke perjalanan, dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo, siap-siap dengan track yang cukup asik dan bakal menghabiskan banyak recehan di jalur ini.
Ranu Pani – Ranu Kumbolo
Setelah selesai briefing di basecamp Ranu Pani kami bergegas jalan menyusuri jalan aspal hingga sampai ke pengecekan tiket yang di sana terdapat gapura bertuliskan “Selamat datang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” yang mana ini sudah dipastikan menjadi spot foto pertama para pendaki di pendakian Gunung Semeru.
Gapura Selamat Datang Pendakian Gunung Semeru
Dimulai dari gerbang inilah pendakian Gunung Semeru dimulai, tanjakan pemanasan yang pastinya membuat seluruh tubuh mulai berkeringat, apalagi ditambah dengan debu yang cukup banyak di jalur ini, siapkan masker dan kacamata jika perlu. Di jalur ini hingga Ranu Kumbolo kita akan ditemani tumbuhan di kanan kiri kita, tentunya dengan tanjakan-tanjakan yang cukup menyenangkan yang sesekali ada tanjakan yang bikin kita mengeluarkan double power untuk melewatinya.
Oh iya, ada spot foto ke dua setelah gerbang selamat datang, yaitu jembatan berwarna merah yang tentunya sangat amat menjadi spot andalan di pendakian Gunung Semeru. Kami sempatkan berhenti sesaat di sini sembari mengambil beberapa dokumentasi gambar dan video.
Jembatan Hits Gunung Semeru
Oke lanjut, setelah jembatan ini, yang perlu disiapkan di jalur ini adalah uang, taruh kantong yang mudah dijangkau karena di beberapa titik akan ada warung-warung kecil yang bisa menjadi alternatif kita istirahat sembari menikmati segarnya buah semangka, asli di sini berasa 3 kali lebih nikmat semangka-nya, kalau gak percaya, buktikan !
Warung di setiap pos pendakian Gunung Semeru
semangka harga Rp.2.500,- per potong
Dan setelah menghabiskan beberapa potong semangka ini, kami disuguhkan hamparan air yang disebut Ranu Kumbolo, makin semangat entah karena mind-set yang sudah pengin istirahat di Ranu Kumbolo atau gegara semangka, atau bisa jadi karena keduanya.
Nah tak lama dari tempat terakhir kami makan semangka, kami disuguhkan Ranu Kumbolo yang seolah mengucap “Selamat datang di tempat kami” dengan hembusan angin yang begitu segar dan cuaca cukup cerah, posisi kami di Ranu Kumbolo sekitar pukul 15:00 wib.
boss lagi latihan jadi porter
anak gunung pasti tahu bunga ini, eh di foto aja yak, ndak usah dipetik !
Ranu Kumbolo, airnya begitu jernih dan dingin, tidak boleh mandi di sini !
Sesampainya di Ranu Kumbolo kami satu tim berdikusi apakah mau lanjut perjalanan dengan catatan tidak bisa istirahat lama-lama di Ranu Kumbolo atau opsi ke dua bermalam di Ranu Kumbolo dengan konsekuensi siap ke puncak dengan jarak tempuh lebih jauh dan tentunya lebih lama.
Akhirnya pilihan pertama yang kami ambil, di Ranu Kumbolo hanya minum air mineral dan beberapa snack / buah, kurang lebih hanya sekitar 7 menit saja, kami bergegas melewati dahsyatnya Tanjakan Cinta yang fenomenal gegara film 5 cm. Di Tanjakan Cinta ini energi yang dikeluarkan cukup banyak, tanjakan yang mungkin hampir 45 derajat ini bikin kaki terasa keras dan berat.
Tips naik gunung menurut saya pribadi :
Berjalan pelan sekitar 5-10 langkah, berhenti sekitar 10 detik untuk ambil nafas, lakukan itu secara teratur ketika mendapatkan jalur menanjak yang panjang.
Oke Tanjakan Cinta sudah bisa kami selesaikan dengan baik, kami lanjut perjalanan hingga Kalimati, untuk bermalam di sana. Alhamdulillah kami sampai kalimati sebelum pukul 18:00 wib, jadi masih cukup terang untuk bebersih diri menunggu makanan siap tersaji. Tak ada dokumentasi selama perjalanan Ranu Kumbolo hingga Kalimati karena kondisi agak mendung, kamera saya bungkus plastik dan tentunya masuk tas untuk keamanan. Oh iya, kenapa kami begitu buru-buru dari Ranu Kumbolo hingga ke Kalimati ? karena menurut informasi dan anjuran saat briefing di basecamp pendakian, jalu antara Ranu Kumbolo ke Kalimati adalah hutan yang di situ masih ada Macan Tutul / Panthera pardus dimana mereka adalah hewan nokturnal. Jadi bagi kalian pendaki yang ingin melintas jalur Ranu Kumbolo – Kalimati dianjurkan untuk tidak melintas di atas jam 18:00 karena cukup membahayakan.
Oke kami selesai bebersih, mengisi perut dan tiba waktunya kami untuk istirahat, di Kalimati sangat jarang terdengar orang begadang, di sini pendaki benar-benar istirahat untuk menyiapkan proses pendakian yang benar-benar akan menguji mental dan fisik yaitu pendakian menuju puncak yang begitu seru dan sedikit menakutkan. Kami istirahat sekitar pukul 20:00 wib dan pasang alarm 00:50 dini hari.
Kali Mati – Puncak Mahameru
Sebelumnya saya sendiri masih terkagum dan masih heran ke diri sendiri, kenapa bisa sampai di Gunung Semeru dan sudah berada di Kalimati, yang tinggal sebentar lagi akan sampai di puncak tertinggi pulau Jawa, Mahameru, 3676 meter di atas permukaan laut.
Kami mulai perjalanan menuju puncak pukul 01:05 wib dengan membawa barang seperlunya saja, tentunya dengan membawa air minum, cemilan, kamera dan beberapa obat-obatan pribadi untuk berjaga-jaga, kami pun membawa 1 botol oksigen untuk bantuan pernafasan.
Jalan dari Kalimati sampai menuju jalur pasir cukup sukses kami lalui tanpa kendala, kebetulan beberapa minggu sebelum pendakian ini kami satu tim latihan fisik dengan naik Gunung Prau, Dieng via Jalur Patak Banteng dan langsung turun via Jalur Dieng sehingga kami rasa tipe jalurnya mirip. Setelah masuk ke jalur pasir, mulai terasa nafas tak bisa stabil, cukup berat tekanan udaranya hingga tim kami Mba Titin namanya, harus digandeng porter dan hampir menghabiskan 1 botol oksigen untuk bisa bertahan dan melanjutkan hingga puncak.
Pukul 05:00 wib sunrise sudah muncul dan begitu hangat menyapa, tapi apalah daya, kami masih di perjalanan naik ke puncak, jadi kami tidak bisa menikmati sunrise dengan santai. Hingga pukul 06:00 wib kami pun masih ada di perjalanan track pasir, bayangkan saja kami naik 3 langkah kemudian terbawa pasir turun sekitar 2 langkah, itu hampir terus menerus, hingga akhirnya saya ingat wejangan dari tim briefing bahwa tips tracking puncak Semeru adalah dengan berjalan zig zag.
Akhirnya ……..
Puncak tertinggi Pulau Jawa Gunung Semeru, Mahameru mengucap salam kepada kami, ucapan selamat datang yang begitu dahsyat adalah kebulan awan Jonggring Saloko membuat rasa lelah kami hilang begitu saja. Perjalanan dari pukul 01:00 hingga pukul 07:00 akhirnya terbayarkan dengan cuaca yang begitu cerah dan kebulan asap Jongging Saloko dari puncak Mahameru.
ucapan salam dan perkenalan dari jonggring saloko, Gunung Semeru
Sebuah perkenalan dan ucapan selamat datang yang begitu menyenangkan, benar-benar masih tak menyangka bisa naik Gunung Semeru dan bisa sampai Mahameru, padahal selama ini naik gunung baru beberapa kali dan masih seputaran Sindoro, Sumbing, Merbabu, Ungaran, Prau saja, kok ya bisa sampai di Mahameru….
Kami satu tim berangkat adalah dalam rangka penyegaran otak dan fisik karena pada dasarnya kami adalah tim yang suka duduk namun sesekali kami bosan duduk yang akhirnya membuat akun @bosanduduk untuk feed jalan-jalan kami. Oh iya, bosan duduk ini adalah bagian kecil dari baramedia.net , apa itu baramedia.net ? silakan kalian cari tahu sendiri, kalau ditulis di sini nanti berasa seperti endorsement, heheheheheeee. Ngomong-ngomong mau ngucapin terima kasih buat CEO baramedia.net yaitu Pak G.S Gumilar yang sudah mengajak tim berangkat ke Semeru walaupun masih belum bisa full team. Terima kasih juga kami ucapkan untuk Pak Jujun Afiat yang sudah rela antar jemput Banjarnegara-Jogja, semoga lain waktu bisa ikut jalan-jalan ya Pak.
Oh iya kebetulan selain kami satu tim di baramedia.net , kami juga masuk dalam satu gerakan sosial yang fokus ke ranah pendidikan, namanya Sekolah Inspirasi Pedalam Banjarnegara ( SIP ) yang akhirnya kami sepakat untuk mengenakan kaos SIP untuk naik ke Mahameru, harapannya untuk memberi semangat ke temen-temen relawan bahwasanya Sekolah Inspirasi Pedalaman Banjarnegara bisa naik setinggi-tingginya, minimal sudah naik di ketinggian 3676 mdpl. Untuk kalian yang penasaran dengan program kegiatan Sekolah Inspirasi Pedalaman Banjarnegara, silakan cek akun sosial media yaitu instagram @sipbanjarnegara, twitter @sipbanjarnegara dan blog ada di sekolahinspirasi.org .
tim paling kompak, baru kenal 2 hari chemistry sudah 99%
sok-sok ngibarin bendera, eh makasih mas mas yang sudah minjemin bendera
Beberapa waktu kami nikmati di puncak, kemudian kami turun lagi ke tenda kami istirahat, di Kalimati, cukup menyenangkan jalur turun, kami serasa sedang main ski dengan cepat menuruni bukit. Bayangkan saja dengan proses naik yang memakan waktu 6 jam, kini turun ditempuh hanya dengan waktu sekitar 1 jam lebih sedikit.
Sesampainya di area tenda, kami siap makan siang dan berkemas untuk melanjutkan perjalanan turun ke Ranu Kumbolo lagi, kali ini turun dengan santai dan tentunya dengan membawa sedikit rasa bangga sudah bisa naik hingga puncak, karena dari sekian banyak pendaki, mungkin tidak ada setengahnya yang sampai ke puncak, banyak yang menyerah di jalur pasir, banyak yang tidak kuat baik secara fisik maupun mental.
tanjakan ini adalah tanjakan dibalik tanjakan cinta
Sore hari kami disuguhi pemandangan Ranu Kumbolo yang begitu menyenangkan, banyak pendaki lain yang juga mendirikan tenda di sini, mungkin 3 atau 4 kali lebih ramai dibandingkan di Kalimati. Dan Di Ranu Kumbolo kami merasa lebih dingin dibanding Kalimati entah kenapa.
Pemandangan Ranukumbolo sore hari, diambil dari Tanjakan Cinta yang fenomenal
Akhirnya malam hari kami habiskan untuk istirahat hingga pagi datang untuk menikmati sunrise dengan komposisi air, pepohonan dan cahaya matahari. Oh iya, di Ranukumbolo ada toilet yang bisa kalian manfaatkan untuk buang air besar, untuk sekali masuk toilet dikenakan biaya Rp. 5.000,- dan di sini tidak boleh mandi, alasannya untuk keselamatan pendaki.
slowspeed – diambil sekitar pukul 04:30 wib
Di Ranu Kumbolo ini adalah hari terakhir kami berada di Gunung Semeru, kami habiskan waktu pagi hingga siang hari di area ini, berburu gambar dan tentunya berinteraksi dengan pendaki lain yang datang dari seluruh penjuru Nusantara. Banyak sekali cerita dari mereka yang sama persis dengan kejadian yang kami alami, yaitu : GAGAL KE RINJANI kemudian memilih Gunung Semeru sebagai gantinya.
Ranu Kumbolo Pagi Hari
Sunrise Ranu Kumbolo
pura-puranya foto Prewed
Tanjakan Cinta yang terkenal karena film 5 centi meter
Pemandangan Ranu Kumbolo
Berjemur di Ranu Kumbolo
foto bareng setelah ngobrol soal pendakian
Dan hingga di bagian ini saya seperti tidak sadarkan diri, saya menulis lebih dari 2.400 kata, tidak seperti biasanya yang mungkin hanya sekitar 400-500 kata saja. Sungguh, pendakian Gunung Semeru ini begitu panjang dan begitu banyak cerita, ribuan kata yang saya tulis di sini belum cukup untuk menceritakan semua yang telah kami lalui. Sekali lagi terima kasih untuk tim BOSANDUDUK, terima kasih untuk kaos doodle dari diandoodle.com dan kaos dari dolantrip.com