Selamat Hari Air – Jogja, selalu ada cerita menarik ketika berkunjung ke kota ini. Setelah lama merelakan untuk meninggalkan kota yang kurang lebih 8 tahun saya tinggali, selalu ada rasa “kangen” untuk kembali ke Jogja. Kali ini cerita kedatangan saya ke Jogja untuk gelaran IST FESTIVAL 2023, sebagai pertunjukan musik oleh FSTVLST dalam rangka showcase album II dan pertemuan Jala Skena, sebuah ikatan yang tak terikat-ikat amat namun patut dirayakan perjumpaan nya.
IST FESTIVAL
Contents
Jika dua kata tersebut dibalik dan dirangkai, tertulislah FESTIVALIST. Ya, tentu saja FSTVLST adalah orang-orang dibalik kemeriahan IST FESTIVAL. Dan ngomongin soal Jala Skena, awal mula bisa berkenalan dengan mereka adalah ketika Jala Skena mengadakan semacam tour ke beberapa kota, Banjarnegara menjadi salah satu titik yang mereka sambangi. Saat itu Lantai Dasar ikut menyambut kedatangan teman-teman Jala Skena ketika ke Banjarnegara. Bermula dari situ akhirnya tau soal Jala Skena, yang kemudian kenal Lintas Kultura, pun juga pernah ikut kelas Jurnalistik di Lintas Kultura pertama. Keikutsertaanku di kelan asik tersebut saya tulis di blog Merekam Aksi: Kelas Jurnalistik Nyentrik Oleh Lintas Kultura.
Kedatangan saya ke IST FESTIVAL ini dalam rangka menjadi tim dokumentasi proyek musik asal Banjarnegara, Gardenia. Kebetulan Gardenia menjadi salah satu penampil di Panggung Warisan, IST FESTIVAL 2023.
19 November 2023 dini hari, kurang lebih pukul 02:00 saya bergegas ke Jogja menyusul kawan-kawan Gardenia. Perjalanan kali ini tidak dari Banjarnegara melainkan dari kota Semarang, kebetulan saat itu saya sedang ada kontrak kerja di Semarang. 3 jam menembus dingin rute Ungaran, Bawen, Pringsurat, Magelang, Muntilan, hingga transit di sebuah kontrakan milik Galih Panji, pemilik Metamorse Studio dan Cinegoods, lokasinya di sekitar belakang Jogjatronik atau Purawisata. Ngomong-ngomong soal Purawisata, inget jaman dulu 2011 an di Jogja sering ke Purawisata karena ikut aktif di IRC (Indonesia Reggae Community), punya program bulanan namanya Kampoeng Reggae di Panggung Purawisata.
Sempat tidur beberapa jam di kontrakan Panji, kemudian coba menyempatkan menyambangi seorang kawan yang beberapa bulan sebelumnya cukup intens berkomunikasi via zoom untuk bimbingan penggarapan film dokumenter musik, Rekam Skena 2. Namanya Mas Kiki, biasanya orang menandai mas mas satu ini dengan menyematkan kata “Retake” di belakang nya.
Kiki sapa ya? Kiki Retake, ohhhh…. ya….
Personal branding perihal nama ini cukup melekat untuk beliau. Eh ngomong-ngomong soal menyambangi mas Kiki, tentu saja mampir ke ruang kerja beliau, sebuah unit usaha bernama Tutbek. Ngobrol pendek soal kabar, soal film dokumenter musik “Rekam Skena Banyumasan” dengan kolektif rikuhan nya, hahahahaa.
Gardenia di IST FESTIVAL
Siang hari, kurang lebih pukul 12.00 kami, Gardenia dan tim bergegas ke venue IST FESTIVAL. Sesampainya di sana disambut rekan kerja (sebutan untuk mereka yang terlibat di kepanitiaan), bertemu dengan beberapa orang seperti Mas Farid Stevy FSTVLST, Mas Yuka, Mas Rian The Jeblogs dan juga beberapa teman lama maupun teman baru.
Seperti band atau kelompok musik pada umumnya, sebelum manggung ada persiapan. Mulai dari setting alat, make-up, hingga mempersiapkan pondasi perut (madang ndisit).
Ketika Gardenia mulai naik panggung hingga usai membawakan beberapa karya di album Meadow of Heaven, rasanya cukup lega. Setelah itu baru bisa merasakan datang ke pertunjukan musik untuk menonton. Beralih dari panggung satu ke panggung lain, mengunjungi lapakan merch, dan juga mengunjungi gerai jajan yang saat itu tidak saya temui satu pun yang jualan kopi. Ah sial, hari itu sedang butuh asupan kopi namun nihil, mau keluar atau pesan via aplikasi agak males, akhirnya menjadi lebih sehat dengan minum banyak air bening. Kebetulan di beberapa titik, di gelaran IST FESTIVAL ini ada tempat re-fill minum.
Tak Membawa Pulang Set-List, Poster Informasi Pun Jadi
Kebiasaan nonton konser dan pulang membawa set-list yang dibawakan oleh band atau penampil sudah sering saya lakukan. Entah kenapa, di IST FESTIVAL ini saya sedikit tidak bergairah untuk berburu set-list. Mungkin karena kondisi badan yang kurang istirahat, kurang kopi, dan sedang ingin menjadi penonton dari kejauahan. Nonton FSTVLST pun dari jauh, dari barisan paling belakang, tepatnya di batas area outdoor.
Bersama Mas Andre Lokal Jajan Klaten, Mas Bayu Kolonigigs, Mas Kiki Retake, Mas Berieroots, Aji AOJ, Nopen, kami berada di belakang hingga usai pertunjukan. Bahkan di saat tim vendor panggung mulai berkemas soundsystem, panggung, dan lain sebagainya, kami masih asik ngobrol di sana. Selain ngobrol, kebetulan COD barang bekas sama Mas Andre, membeli part mekbuk air yang sedang saya butuhkan.
Karena acara sudah selesai, saya memberanikan diri mengambil poster, sebuah tanda bertuliskan “TOILET, DI DEKAT PARKIR MOTOR (BARAT VENUE)”. Poster tersebut saya bawa pulang menggantikan set-list band yang biasanya saya buru di pertunjukan musik.
Apakah ini POROS TENGAH yang pernah diwacanakan sebelum pandemi? Atau ini adalah jalan menuju POROS TENGAH?
Pertanyaan tersebut menjadi penutup di tulisan saya kali ini, terima kasih untuk Gardenia dan tim, terima kasih untuk IST FESTIVAL, dan semua yang bertegur sapa di gelaran IST FESTIVAL kemarin. Terima kasih juga untuk Anda yang sudah membaca hingga bagian ini, maturnuwun sanget.
Penutup
Terima kasih sudah membaca blog Selamat Hari Air khususnya tulisan tentang perjalanan ke IST FESTIVAL ini, jika berkenan jangan lupa ikuti beberapa akun sosial media saya berikut ini:
- Facebook: Selamat Hari Air & Ian Alam Sukarso
- Instagram: @selamathariair & @ianalamsukarso
- Twitter: @selamathariair & @ianalamsukarso
- Blog: Merekam Aksi