Bagaimana Cara Menjelaskan Produksi Video Ke Client

SELAMATHARIAIR.COM – Menjadi seseorang yang berkecimpung di industri kreatif tidaklah mudah seperti yang orang-orang pikirkan dan bayangkan, tentu saja, banyak hal-hal yang tidak bisa dihindari, salah satunya adalah negosiasi dengan calon client. Sebagai video maker, membuat sebuah video adalah hal yang kadang bisa dikatakan mudah, namun sering dikatakan susah, tergantung dari sudut pandang mana dan dari standart mana yang menjadi acuan. Bayangkan saja jika si client ingin punya video sekelas garapan Marvel dengan audio visual yang semenarik itu namun dengan budget yang sangat amat rendah, bukankah ini bisa disebuat membuat film / video sangatlah susah
Oke, sekarang yang ingin saya ceritakan dari susah atau mudahnya produksi video / film salah satunya adalah menjelaskan ke calon client tentang hal-hal yang mempengaruhi produksi video / film, beberapa yang perlu diketahui diantaranya :
1. Konsep Video / Film
2. Waktu Penggarapan
3. Sumber Daya Manusia
4. Peralatan
5. Budget
Mungkin masih banyak faktor dan point-point selain lima hal yang saya tuliskan, namun dari lima hal tersebut nantinya bisa menjadi banyak sekali hal-hal yang begitu kompleks. Nah singkat cerita dapet tawaran produksi film pendek salah satu temen, film pendek tugas mata kuliah Manajemen, namanya Mas Wiwit, ngobrol soal harga dan lain sebagainya, setelahnya tidak ada kabar hampir satu minggu lebih, mungkin masalah budget yang saya sampaikan tidak sesuai dengan ekspektasi beliau. Ini bukan kali pertama saya mendapati kejadian seperti ini, sebelumnya juga sering ada calon client yang ngobrol soal harga kemudian tidak jadi order, ya saya maklumi, karena mereka belum tahu bagaimana proses produksi yang begitu kompleks dan nilainya tidak bisa dipukul rata.

Baca Juga:  CD Album Meadow of Heaven Gardenia & Kaset Pita Meadow of Heaven (Acoustic Version)

Mungkin sebagian dari mereka menganggap bahwa video maker, fotografer, musisi adalah hanya ketrampilan iseng dan hoby saja, padahal bagi mereka, juga sedikit bagi saya, hoby dan ketrampilan ini adalah salah satu mata pencaharian atau bahkan satu-satunya sumber mata pencaharian. Bayangkan jika bekerja di industri kreatif ( video maker / fotografer / musisi ) menjadi satu-satunya mata pencaharian dan tidak diberi apresiasi ? bagaimana nasib anak istri dan juga si pekerja kreatif tersebut ?

Memang apresiasi tidak melulu soal nilai / uang, tapi ya mau bagaimana juga, uang adalah goal / pencapaian seseorang dalam bekerja, kecuali untuk bekerja sebagai relawan, bekerja untuk sosial, beda cerita kalau begitu.

foto bareng pemeran dan figuran film pendek 

Kembali ke cerita saya, setelah seminggu lebih tidak ada kabar tentang pembuatan film pendek tersebut, akhirnya di contact lagi, ngobrol soal harga lagi untuk bantu proses pengambilan gambar saja, hingga akhirnya ada kesepakatan harga dan juga tanggal pelaksanaan, begitu juga dengan obrolan seputar alat dan durasi kerja. Hari H, proses produksi berjalan, scene demi scene dilalui hingga akhirnya hampir di penghujung kegiatan, mereka ngobrol soal jasa editing, yang akhirnya terjadi negosiasi langsung ( pengalaman saya, negosiasi langsung cukup menyulitkan, masih mending negosiasi via whatsapp / email, bisa ngasih harga yang teguh dengan pendirian ) , akhirnya terjadi negosiasi di lapangan, yang akhirnya saya bisa mempertahankan standart harga saya, ini tumben banget bisa gini, biasanya kalah ketika nego, terutama kalau client ibuk-ibuk yang punya jurus tawar menawar super duper canggih dan sadis.

Setelah proses produksi selesai, masuk tahap editing dan di sini kebetulan Mas Wiwit, salah satu dari 6 orang yang produksi film pendek ini pengin ikut lihat proses editing, di sini kesempatan saya menunjukan pada beliau bagaimana ribetnya, bagaimana perjuangan dan hal-hal yang terkait dengan pembuatan video / film. Saya tunjukan workspace adobe premiere cc 2017 dengan layer-layer audio video yang numpuk begitu banyak, sepertinya mulai terbuka, mungkin dalam hati beliau berkata “Oh pantesan budget-nya segitu, lha wong ribetnya kaya gini, terus belajar-nya gimana dulu ya ? lama dan pasti tidak sekali langsung bisa, terus sampai jam 2 pagi masih ngedit bahkan sampai subuh, dia istirahatnya kapan ya ? lha wong jam 8 pagi sudah melek lagi, sudah whatsapp’an, ga mungkin juga whatsapp auto reply kan? ” mungkin seperti itu, mungkin lho ya, ini sih cuma imajinasiku. Tapi memang pada akhirnya beliau terbuka, ngobrol soal editing, soal kamera, lalu peralatan pendukung seperti slider, drone, hendheld stabilizer, dan lain sebagainya, hingga beberapa kali buka marketplace untuk cari tahu harganya, akhirnya sedikit mengerti bahwa membuat sebuah video atau film tidak semudah yang dibayangkan tinggal pasang kamera ke tripod kemudian edit menggunakan handphone, pakai viva video atau kine master.

Baca Juga:  Penulis Buku Agama Ratafarian ( Tuhan, Ganja, Rambut Gimbal & Perlawanan ) adalah orang Banjarnegara
Mas Juna, Pak Akhmad, Mba Ratna, Mba Dewi, Mas Tyas dan Mas Wiwit

Dari sini bisa saya ambil kesimpulan bahwa sebenarnya bukan salah client ketika mereka menawar harga sadis, peran video maker / videographer / photographer juga harus berperan aktif untuk mengedukasi mereka, memberi gambaran, memberi penjelasan bagaimana proses pra produksi, proses produksi hingga proses paska produksi sebuah video / film atau foto. Memang harus sabar dan tidak boleh terkesan menggurui, butuh proses, butuh pendekatan khusus. Jadi buat temen-temen yang bekerja di industri kreatif semoga tetap semangat, tidak boleh menyalahkan client sepenuhnya, karena mereka sebetulnya hanya butuh mengerti proses sehingga bisa mengapresiasi dan menghargai pekerjaan dan karya kita.